Perkembangan Peran dan Fungsi Zaibatsu (Kongsi Dagang) dalam Bidang Politik dan Pemerintahan Jepang Sebelum PD II Sampai Pasca PD II
Abstract
Kemajuan ekonomi Jepang tidak dapat dilepaskan dari semangat restorasi yang diusung oleh sekelompok anak muda yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Semangat ketertinggalan yang kemudian juga menginspirasi para elit negara untuk membuka gerbang Jepang ke dalam keterbukaan telah mendorong lahirnya semangat pembaharuan dan pengejaran ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Semangat ini salah satunya diwujudkan dengan perbaikan ekonomi yang dilakukan oleh kelompok konglomerasi keluarga yang dahulunya disebut sebagai kelas pedagang atau disebut dengan zaibatsu. Kelompok bisnis keluarga inilah yang kemudian menopang dan mendorong laju perekonomian Jepang. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan peran dan fungsi dari kongsi dagang (zaibatsu) dalam bidang politik dan pemerintahan sebelum PD II sampai setelah PD II. Dari hasil analisis melalui kepustakaan, maka dapat disimpulkan bahwa Perkembangan peran dan fungsi zaibatsu dalam perjalanannya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Hal ini dapat terlihat dari dua fase perkembangannya yaitu dari fase sebelum perang sampai dengan sesudah perang. Dari dua fase tersebut dapat terlihat bahwa zaibatsu sebelum PD II berperan sebagai salah satu aktor yang ikut andil dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah Jepang khususnya dalam keputusan Jepang untuk terlibat dalam PD II. Hal ini didorong oleh semangat yang didorong oleh pemerintah melalui semboyannya “negara kaya militer kuat“. Kemudian pada fase kedua yaitu masa sesudah Perang, seiring dengan prinsip baru Jepang yang tertuang dalam konstitusi 1947 mengenai janji Jepang untuk tidak lagi terlibat dalam bentuk perang apapun dan akan berkonsentrasi terhadap perbaikan ekonomi, maka zaibatsu yang mengalami pembubaran akibat keterlibatannya dalam PD II ini di kemudian hari dengan bentuk dan namanya yang sudah berubah (menjadi keiretsu) tetap menjadi aktor utama dari perancang perbaikan ekonomi Jepang. Untuk itu peranan dan fungsinya dalam politik dan pemerintahan semakin penting, bahkan merupakan salah satu aktor dari dua aktor lainnya (dikenal dengan Three deadlock) yang sangat berpengaruh terhadap setiap pengambilan keputusan dan arah kebijakan di Jepang, khususnya di fase kedua ketika “strengthening economic power“ menjadi tujuan utama dari Jepang. AbstractJapan Economic progress can not be separated from the spirit of restoration that was carried by a group of young people who are hungry for knowledge and science. That spirit was inspired by the elite power to open the gates of Japan into the spirit of openness and driving it into innovation and the pursuit of backwardness in the science and technology. One of the spirit was realized through the economic recovery made by the family conglomerate formerly known as the merchant class or called zaibatsu. This Family business groups then supports and encourages the rate of the Japanese economy. This research is specifically conducted to see how the development of the role and function of trade partnership (zaibatsu) in politics and government before World War II and after World War II. From the analysis through the literature methodology, it can be concluded that the development of the role and function of the zaibatsu is not significantly change. It can be seen from the two phases of the development before the war and after the war. From the two phases can be seen that the zaibatsu before World War II, served as one of the actors who took part in each of the measures taken by the government of Japan, especially in Japan’s decision to become involved in World War II. It is driven by a spirit that is driven by the government through the motto “rich country strong militaryâ€. Then in the second phase of the post-war period, in line with the principles set out in the new Japanese constitution of 1947 the Japanese pledge to no longer engage in any form of war and will concentrate on economic reforms, therefore the role and function of zaibatsu in politics and government is increasingly important, in fact is one of the two other major actors (known as the Three deadlock) a great influence on decision making and policy direction in Japan, particularly in the second phase when “strengthening economic power†become the main goal of the Japanese government.