Penerapan Cara Produksi Pangan yang Baik pada Industri Kecil Menengah (IKM) yang Telah Tersertifikasi Halal LPPOM MUI Provinsi DKI Jakarta
DOI:
https://doi.org/10.36722/sst.v5i4.418Abstract
Abstrak - Sertifikasi Halal suatu produk pangan tentu meningkatkan kepercayaan konsumen pada produk pangan tersebut. Akan tetapi, kriteria ‘halal’ tidaklah cukup jika tidak memperhatikan aspek ‘thoyyib’. Masyarakat umumnya mengira bahwa pangan bersertifikat halal sebagai pangan yang ‘thoyyib’. Aspek ‘thoyyib’ yang dimaksudkan adalah aman dikonsumsi dan telah melalui tahapan atau prosedur yang sesuai, sehingga diharapkan tidak menimbulkan efek penyakit bagi konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi mengenai penerapan cara produksi pangan yang baik pada industri kecil menengah produk minuman dan bahan minuman yang telah tersertifikasi halal. Pada penelitian ini metode survei dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data yang diamati berupa pengetahuan pemilik mengenai CPPB (Cara Produksi Pangan yang Baik) dan ketercapaian penerapan CPPB, terutama pada fasilitas sanitasi, higienitas proses produksi, serta pengawasan proses produksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi dengan bantuan kuesioner, panduan wawancara, dan lembar observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif melalui penyajian berbentuk grafik, tabel dan narasi. Data hubungan penerapan CPPB dan sertifikasi halal diolah menggunakan XLSTAT dengan Principal Component Analysis (PCA). Hasil analisa menunjukkan bahwa sertifikasi halal pada IKM tidak hanya mencerminkan aspek “halal†tetapi dapat pula mencerminkan aspek “thoyyib†produk yang dihasilkan. Sementara itu, tingkat pengetahuan pemilik IKM tidak dapat mencerminkan tingkat keamanan pangan yang diimplementasikan selama proses produksi. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran pemilik dan penanggungjawab IKM dan tidak adanya pengawasan oleh lembaga atau badan yang bertanggungjawab akan kulitas produk.
Abstract – Consumer trust in food products may increase with halal claims on the product. However, ‘halal’ is different from ‘thoyyib’. People assume that halal food is ‘thoyyib’. ‘Thoyyib’ means good to consume and health for the body. This study aimed to obtain the description of Good Manufacturing Practice (GMP) on Small and Medium Enterprises (SMEs) holding Halal certification. To gain the purpose, the purposive sampling method was applied to this research. The level of IRTP and knowledge level of GMP were observed. Data were collected by interview and observation. Data were analyzed by descriptive analysis using the graph, table, and narration. Correlation of GMP implementation and the halal claim was provided by Principal Component Analysis (PCA) using XLSTAT. Results showed that halal claims on SMEs may reflect the safety of the product. Halal-claimed food might be classified as ‘thoyyib’ food. However, the knowledge level of the owner can not reflect the food safety level of the product.
Keywords - CPPB, Halal Certificate, LPPOM MUI, Small and Medium Enterprises (SMEs)
References
[ 1 ] W. M. Wan-Hasan and K. W. Awang, "Halal food in NewZealand restaurant: An exploratory study," International Journal of Economics and Management, vol. 3, no. 2, pp. 385-402, 2009.
[ 2 ] LPPOM MUI, "www.halalmui.org," [Online]. Available: https://www.halalmui.org/mui14/main/page/data-statistik-produk-halal-lppom-mui-indonesia-2012-2019# [Accessed 28 Agustus 2020].
[ 3 ] Y. Kurniadi, Z. Saam and D. Afandi, "Faktor kontaminasi bakteri E.coli pada makanan jajanan di lingkungan kantin sekolah dasar wilayah Kecamatan
Bangkinag," Jurnal Ilmu Lingkungan, vol. 7, no. 1, pp. 28-37, 2013.
[ 4 ] R. M. Hidayat, "Hubungan pengetahuan dan sikap dengan praktek higiene sanitasi penjamah makanan di rumah makan ikan dan Sleman,"seafood tipe A di Kabupaten Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2013.
[ 5 ] Suyono and Budiman, Ilmu kesehatan masyarakat dalam konteks kesehatan lingkungan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2010.
[ 6 ] [BPOM], Peraturan Kepala BPOM RI No 11 Tahun 2014 tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik, Jakarta, 2014.
[ 7 ] H. S. Sigit, F. X. Koesharto, U. K. Hadi, D. J. Gunandini and S. Soviana, Hama Pemukiman Indonesia, Pengenalan, Biologi dan Pengendalian, Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman, 2006.
[ 8 ] P. Hastutiek and L. E. Fitri, "Potensi Musca domestica Linn sebagai vektor beberapa penyakit," Jurnal Kedokteran Brawijaya, vol. 23, no. 3, pp. 125-136, 2013.
[ 9 ] Y. P. Putri, "Keanekaragaman spesies lalat (Diptera) da bakteri pada tubuh lalat di tempat pembuangan akhir (TPA) dan pasar," Jurnal Dampak, vol. 12, no. 2, pp. 79-89, 2015.
[ 10 ] M. N. Demirci, J. M. Soon, C. A. Wallace, Positioning food safety in Halal assurance,†Food Control, vol.70, pp. 257-270.
[ 11 ] N. M. A. Handayani, K. T. Adhi and D. P. Duarsa, "Factors associated with the behavior of food handlers in the application of Good Manufacturing Practices (GMP) in the Household Food Industry (HFI) in Karangasem Food Industry," Public Health and Preventive Medicine Archive, vol. 3, no. 2, pp. 155-161, 2015.
[ 12 ] I. Purwantiningrum, W. Widyhastuty, J. Christian, and N. Sari, (2018, March). “Assessment of good manufacturing practice for the small scale food industry in Malang region, East Java, Indonesia,†In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, vol. 131, no. 1, p. 012028, 2018.